Menebar Gelora Kebangkitan Menuju Kepada Dunia Baru

 Hey Dude! Menebar Gelora Kebangkitan Menuju Kepada Dunia Baru--Dalam kejenuhan idea dan kekeringan ilham kini untuk tugas menulis yang menjadi tugas rutin.Saya coba untuk mengalihkan sebentar para pembaca setia blog ini pada satu sisi topik yang sangat mempengaruhi kehidupan kita hari ini yaitu situasi hal-ehwal politik negara kita dan rantau ini amnya disebabkan beberapa situasi dan polisi ekonomi global yang secara langsung dan tak langsung mempengaruhi negara-negara rantau ini.

Bermula dengan propaganda ekonomi #TPPA yang menjadikan negara-negara rantau ini ber-blok-blok pro-kontra #TPPA.

Kemudian rantau ini dilanda pula oleh isu kumpulan pejuang pembentukan negara Islam global #ISIS yang dipropagandakan oleh Barat untuk senjata menghancurkan Islam.


http://fazryan87.blogspot.com/2015/03/menebar-gelora-kebangkitan-menuju.html
                            
(Lukisan foto hitam-putih Soekarno di GIM Bandung (Foto: Okezone/Iman Herdiana)


Akhirnya  rakyat marhaen negara-negara serantau jadi ketakutan-beku-pasrah kerana #ISIS kini jadi senjata ampuh untuk membungkam mulut-mulut rakyat marhaen yang inginkan negara serantau ini jadi sebuah negara berkeadilan-aman tenteram 'baldatun toyyibatun warabbun ghafur"

Begitu juga di Malaysia kini terjadi penentangan terhadap dasar baru kerajaan akan melaksanakan satu sistem yang membebankan rakyat marharen yaitu #GST-hingga ramai para pejuang-pejuang rakyat kini disumbatkan kedalam penjara atas penentangan ini.

#GST adalah Cukai Barangan dan Perkhidmatan (Good and Service Tax). Di beberapa negara ia juga dikenali sebagai Value Added Tax (VAT) atau Cukai Nilai Tambah.

Di Malaysia selama ini kita telah membayar dua cukai serentak dalam Cukai Jualan dan Perkhidmatan (Sales and Service Tax –SST) bagi setiap barangan dan perkhidmatan yang kita beli iaitu;

Cukai Jualan - 10% dan Cukai Perkhidmatan - 6% menjadikan setiap barangan yang kita beli dikenakan cukai 16%. Cukai-cukai ini kadangkala tidak disadari oleh kita kerana tiada dalam bil atau resit pembelian kita.

Kedua-dua cukai ini akan dihapuskan sama sekali dan digantikan dengan cukai GST berkuatkuasa pada 1 April 2015. Selepas tarikh itu kita hanya dikenakan cukai GST 6% sahaja.
Soal kesan buruk dan baiknya #GST akan sayabahas di artikel berlainan InsyaAllah.


Menebar Gelora Kebangkitan,
Pengantar artikel diatas adalah apa yang sedang berlaku kini dirantau ini khusus-Malaysia-Indonesia.Namun mari kita coba menelusuri masa lalu kita ketika negara-negara serantau ini hebat dan disegani negara-negara lain.

Menelusuri masa lalu bukanlah hal taboo (berikut ditulis tabu saja), kerana apa yang diperjuangkan para pemimpin-pemimpin terdahulu 'mengutip kata-kata  Bung Karno ”.. jangan melupakan sejarah kata Bung Karno (BK), maka membaca tempo-masa dulu juga tak berarti tenggelam dalam romantika baik masa keemasan atau kebangkrutan semata --- bukan!
Tidak pula sekadar memajang dan mengenang potret Bung Karno, sebagaimana marak di berbagai komuniti hobi,sekali lagi: BUKAN!

Merenung dan menelaah atau membaca zaman lampau bermakna belajar tentang substansi dan hikmah atas sebuah realiti yang terjadi, kenapa? Jawabannya: History repeat itself. Sejarah niscaya berulang, hanya aktor-tokoh dan kemasan kerapkali tidak sama sesuai keadaan.
  
Dalam memetik hikmah serta substansi, memang tergantung kualiti kejelian dan kecermatan orang, kelompok, kumpulan dan bangsa dalam mengurai ‘mengapa terjadi’ --- bukan sekadar melihat ‘apa yang terjadi’ oleh sebab nantinya dijadikan rujukan melangkah kedepan agar kita, anda, kami, atau mereka, dll tidak seperti anekdot;"kerbau terperosok (dalam sehari) di lobang yang sama".  

Nah, pada catatan sederhana ini saya ingin mengulas sedikit esensi maupun hikmah yang mutlak dipetik oleh diri, keluarga, kelompok bahkan bangsa serta negara tercinta ini.

Saya mencoba menerangkan sekilas hikmah apa yang terjadi dipermukaan publik kini,#TPPA #GST #ISIS, secara sekilas tanpa setitikpun niat menggurui siapapun terutama para pakar dan pihak-pihak berkompeten. Artinya jika terdapat pandangan atau pendapat berbeda, anggaplah itu kewajaran yang perlu analisa, atau didiskusikan secara lebih dalam tanpa perlu adanya syak wasangka, atau saling mencurigai, dan sebagainya kerana hakikat hal-hal yang saya sampaikan demi kebaikan bersama, terutama dalam rangka tegak dan bangkitnya kembali nusantara,
Malaysia Baru dan Indonesia Jaya.

Tak dapat dipungkiri, bahwa nilai sebuah kejayaan baik negara, individu, golongan, maupun warga dan bangsa yang hidup di dalamnya memiliki kriteria, ukuran, ataupun parameter-parameter tersendiri. Tak bisa tidak. Menjadi kelaziman bila kriteria kejayaan sebuah negara adalah peradaban, sedangkan parameter kejayaan individu diukur melalui moral. Meski kini berkembang stigma sosial bahwa ukuran kejayaan (kesuksesan) individu dilihat dari harta, takhta dan wanita --- itu bisa-bisa saja, namun penulis menilai bahwa stigma tersebut selain hanya ‘bunga-bunga dunia’ juga dapat disinyalir sebagai wujud pendangkalan konsep atas nilai kejayaan semula. 

Ada beberapa aspek pendorong (driving force) yang dapat memunculkan baik peradaban maupun moral itu sendiri selaku ukuran atau parameter kejayaan sebuah negara, individu, kelompok, dan sebagainya bisa diurai sebagai berikut:

Pertama adalah faktor keyakinan (confidence). Pertanyaannya sederhana, “Bagaimana negara atau individu akan maju dan meraih kejayaannya jika dalam keseharian tak punya keyakinan dan rasa percaya diri?” Entah hal-hal apa saja. Kita hampir tak memiliki keyakinan terutama jika ditinjau dari elemen dinamis daripada Pertahanan Kebangsaan(Ketahanan Nasional) yang meliputi aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan.

Dalam hal ideologi misalnya, kita terombang-ambing ombak globalisasi sehingga ‘pasrah’ kemudian mengakomodir bahkan menelan bulat-bulat demokrasi ala Barat dan nilai-nilai asing yang belum terbukti keampuhannya pada perjalanan bangsa ini. Inilah ‘jalan pintas’ segenap anak bangsa yang dikira bisa cepat meraih masa kejayaan namun praktiknya justru kian menggiring bangsa ini pada keterpurukan, mengapa? Intinya: “Tidak punya keyakinan terhadap bentuk dan pola sendiri guna meraih kejayaannya”
Revolusi dan Reformasi by reformasi kita tebar dan laungkan malah seperti di Indonesia.reformasi telah dapat merontokkan geng Orda Baru(OrBa).namun dimana hasil yang kita petik untuk kebaikan dan kemakmuran anakbngsa dan negara dari semua itu.Kebangkitan reformasi rakyat hanya sekadar 'anjing menyalak bukit.bukit tetap juga kukuh berdiri disana.
Apakah hal ini akan juga terjadi di Malaysia?

Kebebasan Demokrasi,

Nilai-nilai asing semacam liberalisme, HAM, dll akhirnya menjadi ‘senjata sakti’ setiap komuniti guna memaksakan kehendaknya untuk menteror pihak lain di muka umum-misalnya terbukti apabila baru-baru ini parti Islam dominan di Malaysia Parti PAS mewartakan RUU-Pelaksanaan Hukum Syariah atau #Hudud di negeri Kelantan beberapa minggu lepas.

Kita melihat bantahan keras dan sikap memperlekehkan hukum Hudud dari parti-parti yang didominasi kaum Cina dan juga dari anggota pimpinan teras Parti Keadilan Rakyat,apatah lagi dari parti memerintah Umno/BN,hingga bantahan dibuat dikhalayak dan media dengan tata caranya melanggar etika, moral,agama bahkan melanggar kepentingan bersama.

Padahal kebebasan demokrasi yang kita amalkan dan yang bertanggung jawab dalam Hak semua bangsa dan agama dalam perlembagaan Persekutuan Tanah Melayu Malaysia malah dianggap riak belaka, seakan-akan di atas namun secara hakiki menjadi mainan arus besar (Demokrasi ala Barat). Kenapa semua itu terjadi? Lagi-lagi: “Kerana kita tidak memiliki keyakinan atau rasa percaya baik selaku diri dan anak-bangsa!”

Maka titik awal pergerakan dan perjuangan untuk kebangkitan bangsa seyogyanya adalah: “Hilangkan perasaan minder, hapus rendah diri dan musnahkan rasa tidak percaya diri baik sebagai individu maupun bangsa!” Tak bisa tidak. Bahwa rasa minder (inferior) merupakan akar dari segala akar yang menyebabkan bangsa kita terpuruk di mata global.

Ketika tidak memiliki rasa percaya diri maka dengan mudah pihak asing mengalihkan perhatian, menyesatkan, menjerumuskan, dll sebab bangsa ini seperti tidak memiliki pijakan akan keyakinan. Kita gamang, minder, ragu-ragu, dsb.

Akibatnya, selama ini para elit dan segenap anak-bangsa cuma bergaduh di tataran hilir dengan aneka wacana serta ‘isue-isue ciptaan’ melalui beragam media, lalu para elit dan pelaksana kebijakan larut dalam skema asing, membiarkan, bahkan celakanya ---- tidak sedikit para elit --- malah diwujudkan #Majlis Profesor Negara Malaysia --- dengan bahasa-bahasa dan kalimat-kalimat dalam forum wacana yang susah dicerna oleh rakyat marhaen namun tak lari daripada propaganda membodek-menjilat para pimpinan VVIP borjouis dan ironisnya para perumus kebijakan justru sadar serta terlibat pada kerancuan pengelolaan berbangsa dan tata bernegara.

Ditebar isue korupsi misalnya, lalu kita heboh sendiri di dalamnya. Dibongkar isue "Lembu Sharizat" di korek hingga kelobang cacing ke Singapura.Dibongkar isue Monorel Baru ,dibentang segala data-data penyelewengannya.namun Monorel jalan terus.

Berikut pula muncul permulaan kehebohan pendedahan oleh media akhbar #The Edge tentang #1MDB dan diulas menjadi hangat oleh Tun Mahathir dalam blognya "Che'Det" dengan analisa beliau yang berdolak-dalik,plin plan sebentar setuju tidak ada penyelewengan..sebentar ada yang tak beres di #1MDB..yang membuat kita sebagai rakyat Malaysia jadi kontradiksi.

Dan terkini Jabatan Audit Negara sudah memulakan proses pengauditan terhadap syarikat dana pelaburan strategik milik kerajaan One Malaysia Development Berhad, #1MDB. Ketua Audit Negara Tan Sri Ambrin Buang berkata pihaknya akan mengumpulkan segala maklumat yang diperlukan termasuk memanggil beberapa pihak berkaitan untuk membantu melengkapkan laporan audit.

Maka begitulah selalunya yang berlaku di Malaysia tercinta ini,dibentuk Suruhajaya Penyiasatan Diraja lah, atau didirikan Non Government Organization (NGO) antirasuah sebagai “kaki”-nya , dibuat UU Anti rasuah, dsb.

Inilah salah satu wujud dari kebijakan negara cq pemerintah/kerajaan namun tidak berbasis anatomi masalah serta potensi ancaman kedepan. Pertanyaannya, “Siapa paling diuntungkan atas kerancuan situasi seperti ini, manakala bapak-bapak khawatir melakukan transaksi dan takut menyimpan uangnya dalam jumlah besar di dalam negeri sendiri?”

Ya, tentu pihak luar negeri yang diuntungkan. Mungkin bank-bank Swiss, mungkin bank di Solomon, Fiji, dll dan sangat mungkin ialah Singapura kerana ribuan triliun rupiah dan bilion ringgit milik orang Indonesia dan Malaysia terbukti ada (disimpan) disana. Ini sekadar salah satu contoh nyata.

Saya berasumsi, inilah keadaan rancu hasil cipta kondisi oleh asing melalui wacana dan isue yang niscaya (tujuannya) akan menelorkan kebijakan-kebijakan negara cq pemerintah yang salah arah dan hasilnya: “Tidak jelas,” mengapa? Kebijakan kok malah menguntungkan pihak asing?

Catatan; Artikel ini terinspirasi dan sebagian adaptasi dari tulisan asal oleh;
M Arief Pranoto, Direktur Program Studi Geopolitik dan Kawasan Global Future Institute (GFI)Indonesia.
_____________________
Bersambung di artikel berikut; 
Menebar Gelora Kebangkitan,Revolusi Menuju Kepada Dunia Baru.

No comments