Sebuah Kajian Ilmiah ‘Dinamika Tradisi Jawa Zaman Hindu-Budha Sebelum Islam Datang Di Nusantara


“Harusnya Nusantara bersyukur dengan adanya Islam, kerana jika kita mengetahui yang sebenarnya tentang sejarah tradisi agama-agama sebelum Islam di gugusan Nusantara, sungguh banyak tradisi dan ajaran-ajaran yang tidak baik untuk masyarakat kita,”

<img src="Tradisi Jawa Zaman Hindu-Budha .jpg" alt="Sebuah Kajian Ilmiah ‘Dinamika Tradisi Jawa Zaman Hindu-Budha Sebelum Islam Datang Di Nusantara">
                          
Ilustrasi:TARI BARONG  adalah tarian khas Bali yang berasal dari zaman pra Hindu. Tarian Barong juga disebut dengan sebutan Dharma (kebajikan) melawan Adharma (kebathilan). Tarian ini menggambarkan pergumulan antara kebaikan melawan keburukan dan memberikan pesan bahwa kebaikan dan keburukan akan selalu ada di dunia ini.


Pada dekad terakhir ini banyak diadakan simposium-kajian ilmiah tentang hubungan Islam dengan Sistem BerRaja,dengan agama-agama lain misalnya Hindu Budha,Kristian.Kajian yang dimakasud adalah tentang tradisi tempatan dalam sistem pemerintahan beRaja serta tradisi yang dipengaruhi oleh agama-agama sebelum Islam datang ke kepulauan Nusantara ini.

Kepulauan Nusantara secara geo-politiknya mencakupi dari Champa(kini negeri-negeri Indo-China) Selatan Thailand (daerah Narathiwat-Patani) Semenanjung Tanah Melayu,kepulauan Borneo,Pilipina,Indonesia,Singapura hingga terbentang luas melewati kepulauan- kepulauan kecil di Lautan Pacifik yang digelar juga sebagai gugusan geoghrapi Polynesia.

Nusantara pada periode prasejarah mencakupi suatu periode yang sangat panjang, kira-kira sejak 1,7 juta tahun yang lalu,berdasarkan temuan-temuan yang ada. Pengetahuan orang terhadap hal ini didukung oleh temuan-temuan fosil haiwan dan manusia (hominid), sisa-sisa peralatan dari batu, bagian tubuh haiwan, logam (besi dan perunggu),tembikar serta gerabah [1]

Sejarah Jawa dan Islam.

Sebuah diskusi ilmiah yang menarik untuk dipaparkan kali ini adalah tentang kajian spesial tradisi di kepulauan Nusantara sebelum datangnya Islam yang diadakan di Masjid Nurruzaman Universitas Airlangga,Surabaya,Jawa Timur- Jumat (05/06/2015).

Seorang ahli panel yang juga pemerhati sejarah Jawa dan Islam bpk Susiyanto, MPI mengatakan, seharusnya Nusantara bersyukur dengan datangnya Islam. Sebab sebelum Islam datang, banyak tradisi kurang baik di Nusantara.

“Harusnya Nusantara bersyukur dengan adanya Islam, kerana jika kita mengetahui yang sebenarnya tentang sejarah tradisi agama sebelum Islam di Indonesia, sungguh banyak tradisi dan ajaran-ajaran yang tidak baik untuk masyarakat kita,” demikian disampaikan oleh Susiyanto pada kajian spesial berjudul “Dinamika Hubungan Raja dan Ulama di Tanah Jawa”, pada simposium tersebut.seperti dikutip FortunaMedia.com via inpasonline.com.[2]

Beliau mencontohkan beberapa tradisi dan ritual aliran 'Bhairawa' pada zaman Hindu-Budha sedang pesatnya di tanah Nusantara dahulu yang cenderung melakukan ritual merosak diri dan masyarakat secara umum.

Salah satunya seperti dalam tradisi 'Manuya' yang mengorbankan manusia pada ritualnya untuk kemudian dimakan dagingnya dan diminum darahnya.

“Justru dengan datangnya Islam, semua itu dirubah secara perlahan. Di sana terjadi proses de-sakralisasi, ada proses subtitusi budaya ke arah yang lebih baik. Islam tidak lantas melakukan de-kulturalisasi dengan menghilangkan sekaligus budaya yang ada,” tegas  pensyarah mata kuliah ‘Islam dan Budaya Jawa’ IAIN (Istitute Agama Islam Negeri) Surakarta,Jawa Tengah ini.

Beliau  yang juga merupakan kandidat doktoral di Universitas Ibnu Khaldun Bogor,Jawa Barat ini menambahkan bahwa banyak budaya Nusantara yang tetap dipertahankan oleh para Ulama dahulu, seperti 'Tata Krama' dalam budaya Jawa misalnya. Para Ulama mengislamkan melalui pendekatan budaya. Kerana itulah, maka pada zaman dahulu hubungan antara Keraton Islam dengan Ulama sangat baik.

Kerana jika memang mengandungi nilai-nilai yang selaras dengan Islam maka tidak perlu diluruskan. Akan tetapi jika budaya atau tradisi yang ada telah menyimpang maka akan diluruskan secara perlahan, ujar penulis buku ‘Strategi Misi Kristian Memisahkan Islam dan Jawa’ini mengatakan.

Referensi;

[1] Tembikar adalah alat seramik yang dibuat oleh pengrajin. Tembikar dibuat dengan membentuk tanah liat menjadi suatu obyek. Alat tembikar yang paling dasar adalah tangan.

Gerabah
adalah perkakas yang terbuat dari tanah liat yang dibentuk kemudian dibakar untuk kemudian dijadikan alat-alat yang berguna membantu kehidupan manusia./id.wipedia,bebas.

[2] inpasonline.com/new

No comments