Kepulauan Nusantara Dijajah Berpandukan Sebuah Buku Oleh Jan Huygen van Linshoten

Ketika Eropah mengirim ekspedisi laut untuk menemukan dunia baru,pengertian antara perdagangan,peperangan,dan penyebaran agama Kristian nyaris tidak ada bedanya.
Misi imperialisme Eropah ini sampai sekarang kita kenal dengan sebutan “Three G”: Gold, Glory, dan Gospel
.

<img src="Itinerario naer Oost ofte Portugaels Indien.jpg" alt="Kepulauan Nusantara Dijajah Berpandukan Sebuah Buku Oleh Jan Huygen van Linshoten">
(Buku  berjudul Itinerario naer Oost ofte Portugaels Indien ,yang ditulis Jan Huygen van Linshoten di tahun 1595)
Sejarah akan mencatat dan kembali berbicara pada generasi selanjutnya.Pada artikel sejarah ini,kami mencoba membuka lembaran sejarah silam yang akan terselubung dan tertutup begitu saja tanpa kita catat kembali untuk generasi anak bangsa dikemudian hari.

Penjajahan yang berlaku lama di kepulauan Nusantara yang kini dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia-NKRI,Tahukah Anda bagaimana ianya bermula? Walaupun Indonesia kini sudah merdeka,namun penjajahan asing tetap dan masih berlaku hingga kini justru dalam bentuk penjajahan lain misalnya tentang penjajahan dan penjarahan kekayaan bumi Papua,Anda baca artikelnya disini :

Namun pada artikel sejarah kali ini,kita membahas bagaimanakah bangsa Belanda bisa sampai di Nusantara dan melakukan penjajahan atas bumi yang kaya raya ini selama berabad-abad?


Menurut pakar sejarah yang telah mengkaji secara mendalam,bahwa bangsa -bangsa penjajah ini bisa sampai ke kepulauan Nusantara ini hanya berpandukan sebuah buku pelayaran yang ditulis Jan Huygen van Linshoten di tahun 1595.juga seorang Belanda berjudul Itinerario naer Oost ofte Portugaels Indien ,

Kepulauan Nusantara iklimnya sangat bersahabat, dan alamnya sangat indah.

Jauh sebelum bangsa Eropah terbuka matanya mencari dunia baru,penduduk pribumi Nusantara hidup dalam kedamaian.Situasi ini berubah drastik saat orang-orang Eropah mulai berdatangan dengan dalih berdagang,namun membawa pasukan tempur lengkap dengan senjatanya.


Perkara ironis sekali, tokoh yang menggerakkan roda sejarah dunia masuk ke dalam kubangan darah adalah dua orang Paus yang berbeda.Pertama,Paus Urbanus II,yang mengobarkan perang salib untuk merebut Yerusalem dalam Konsili Clermont tahun 1096. Dan yang kedua,Paus Alexander VI.


Perang Salib tanpa disadari telah membuka mata orang Eropah tentang peradaban yang jauh lebih unggul berbanding mereka. Eropah mengalami pencerahan akibat bersinggungan dengan orang-orang Islam dalam Perang Salib ini.


Merupakan fakta,jika jauh sebelum Eropah berani melayari samudera, bangsa Arab telah dikenal dunia sebagai bangsa pedagang pemberani yang terbiasa melayari samudera luas hingga ke Nusantara. Bahkan kapur barus yang merupakan salah satu zat utama dalam ritual pembalseman mumie para Fir’aun di Mesir pada abad sebelum Masehi,didatangkan dari satu kampung kecil bernama Barus yang berada di pesisir barat Sumatera Tengah.


Dari pertemuan peradaban inilah bangsa Eropah mengetahui jika ada satu wilayah di selatan bola dunia yang sangat kaya dengan sumber daya alamnya, yang tidak terdapat di belahan dunia manapun. Negeri itu penuh dengan getah, lada, dan rempah-rempah lainnya, selain itu Eropah juga mencium adanya emas dan batu permata yang tersimpan di perutnya.

Tanah tersebut iklimnya sangat bersahabat, dan alamnya sangat indah. Wilayah inilah yang sekarang kita kenal dengan nama Nusantara. Mendengar semua kekayaan ini,Eropah sangat bernafsu untuk mencari semua hal yang selama ini belum pernah didapatkannya.



Baca Indonesia yang indah dan penuh misteri disini;


Paus Alexander VI pada tahun 1494 memberikan mandat resmi gereja kepada Kerajaan Katolik Portugis dan Sepanyol melalui Perjanjian Tordesillas. Dengan adanya perjanjian ini, Paus Alexander dengan seenaknya membelah dunia di luar daratan Eropah menjadi dua kapling untuk dianeksasi (into two plots for annexed)

<img src="Itinerario naer Oost ofte Portugaels Indien.jpg" alt="Kepulauan Nusantara Dijajah Berpandukan Sebuah Buku Oleh Jan Huygen van Linshoten">
                             Atlas Dunia versi VOC-Netherland.


Garis Demarkasi(garis penandaan) dalam perjanjian Tordesilas itu mengikuti lingkaran garis lintang dari Tanjung Pulau Verde, melampaui kedua kutub bumi. Ini memberikan Dunia Baru—kini disebut Benua Amerika—kepada Sepanyol. Afrika serta India diserahkan kepada Portugis. Paus menggeser garis demarkasinya ke arah timur sejauh 1.170 kilometer dari Tanjung Pulau Verde. Brazil pun jatuh ke tangan Portugis.


Jalur penjajahan bangsa Eropah ke arah timur jauh menuju kepulauan Nusantara pun terbagi dua.Sepanyol berlayar ke Barat dan Portugis ke Timur, keduanya akhirnya bertemu di Maluku, di Laut Banda.Indonesia Timur.

<img src="Itinerario naer Oost ofte Portugaels Indien.jpg" alt="Kepulauan Nusantara Dijajah Berpandukan Sebuah Buku Oleh Jan Huygen van Linshoten">


Sebelumnya, jika dua kekuatan yang tengah berlomba memperbanyak harta rompakan berjumpa tepat di satu titik maka mereka akan berperang, namun saat bertemu di Maluku, Portugis dan Sepanyol mencoba untuk menahan diri.


Pada 5 September 1494, Sepanyol dan Portugis membuat "Perjanjian Saragossa" yang menetapkan garis anti-meridian atau garis sambungan pada setengah lingkaran yang melanjutkan garis 1.170 kilometer dari Tanjung Verde. Garis itu berada di timur dari kepulauan Maluku, di sekitar Guam.


Sejak itulah, Portugis dan Spanyol berhasil membawa banyak rempah-rempah dari pelayarannya. Seluruh Eropah mendengar hal tersebut dan mulai berlomba-lomba untuk juga mengirimkan armadanya ke wilayah yang baru di selatan.

Penjajahan “Three G”: Gold, Glory, dan Gospel.


Ketika Eropah mengirim ekspedisi laut untuk menemukan dunia baru, pengertian antara  perdagangan, peperangan, dan penyebaran agama Kristian nyaris tidak ada bedanya.
Misi imperialisme Eropah ini sampai sekarang kita kenal dengan sebutan “Three G”: Gold, Glory, dan Gospel.


Seluruh penguasa, raja-raja, para pedagang, yang ada di Eropah membahas tentang negeri selatan yang sangat kaya raya ini. Mereka berlomba-lomba mencapai Nusantara dari berbagai jalur. Sayang, saat itu belum ada sebuah peta perjalanan laut yang secara utuh dan detail memuat jalur perjalanan dari Eropah ke wilayah tersebut yang disebut Eropah sebagai Hindia Timur. Peta bangsa-bangsa Eropah baru mencapai daratan India, sedangkan daerah di sebelah timurnya masih gelap.


Dibandingkan Sepanyol, Portugis lebih unggul dalam banyak hal. Pelaut-pelaut Portugis yang merupakan tokoh-tokoh pelarian Templar (dan mendirikan Knight of Christ), dengan ketat berupaya merahasiakan peta-peta terbaru mereka yang berisi jalur-jalur laut menuju Asia Tenggara. Peta-peta tersebut saat itu merupakan benda yang paling diburu oleh banyak raja dan saudagar Eropah.


Namun ibarat pepatah, “Sepandai-pandainya membungkus tulang dengan daun,akhirnya terbau juga”, maka demikian pula dengan peta rahasia yang dipegang pelaut-pelaut Portugis. Sejumlah orang Belanda yang telah bekerja lama dengan pelaut-pelaut Portugis mengetahui hal ini. Salah seorang dari mereka bernama Jan Huygen van Linschoten. Pada tahun 1595 dia menerbitkan buku berjudul "Itinerario naer Oost ofte Portugaels Indien":- Pedoman Perjalanan ke Timur atau Hindia Portugis, yang memuat berbagai peta dan deksripsi amat rinci mengenai jalur pelayaran yang dilakukan Portugis ke Hindia Timur, lengkap dengan segala permasalahannya.


Buku itu laku keras di Eropah,namun tentu saja hal ini tidak disukai Portugis. Bangsa ini menyimpan dendam pada orang-orang Belanda. Berkat van Linschoten inilah, Belanda akhirnya mengetahui banyak persoalan yang dihadapi Portugis di wilayah baru tersebut dan juga rahasia-rahasia kapal serta jalur pelayarannya.


Para pengusaha dan penguasa Belanda membangun dan menyempurnakan armada kapal-kapal lautnya dengan segera, agar mereka juga bisa menjarah dunia selatan yang kaya raya, dan tidak kalah dengan kerajaan-kerajaan Eropah lainnya.


Pada tahun 1595 Belanda mengirim satu ekspedisi pertama menuju Nusantara yang disebutnya Hindia Timur. Ekspedisi ini terdiri dari empat buah kapal dengan 249 awak dipimpin Cornelis de Houtman, seorang Belanda yang telah lama bekerja pada Portugis di Lisbon. Lebih kurang satu tahun kemudian, Juni 1596, de Houtman mendarat di pelabuhan Banten,Jawa Barat, yang merupakan pelabuhan utama perdagangan lada di Jawa, lalu menyusur pantai utaranya, singgah di Sedayu, Madura, dan lainnya.


Kepemimpinan de Houtman sangat buruk. Dia berlaku sombong dan besikap semaunya pada orang-orang pribumi dan juga terhadap sesama pedagang Eropah. Sejumlah konflik menyebabkan dia harus kehilangan satu perahu dan banyak awaknya, sehingga ketika mendarat di Belanda pada tahun 1597, dia hanya menyisakan tiga kapal dan 89 awak. Walau demikian, tiga kapal tersebut penuh berisi rempah-rempah dan benda berharga lainnya.


Orang-orang Belanda berfikiran, jika seorang De Houtman yang tidak cekap memimpin saja bisa mendapat sebanyak itu, apalagi jika dipimpin oleh orang dan armada yang jauh lebih unggul.


Kedatangan kembali team de Houtman menimbulkan semangat yang menyala-nyala di banyak kalangan pedagang Belanda untuk mengikut jejaknya. Jejak Houtman diikuti oleh puluhan bahkan ratusan saudagar Belanda yang mengirimkan armada mereka ke Hindia Timur. Dalam tempo beberapa tahun saja, Belanda telah menjajah Hindia Timur dan hal itu berlangsung lama hingga baru merdeka pada tahun 1945.

Baca juga;

----------------------------------
Sources

No comments